Belajar Kesetiaan dan Keikhlasan dari Mbah Sri
Genre Film: Drama | Produksi: Padi Padi Creative | Produser: BW Purba Negara | Sutradara: BW Purba Negara | Penulis: BW Purba Negara | Durasi Film: 87 Menit | Rating Film: [R 13+] | Para Pemain: Ponco Sutiyem, Rukman Rosadi, Ledjar Subroto, Vera Prifatamasari
Diawali
dengan latar musik yang teaterikal -menurut saya- film ini sudah membuat
merinding. Apalagi ditambah adegan orang-orang yang mengelilingi liang lahat dishoot dari bawah. Sudah bisa tertebak
inti dari film ini. Menonton film berbahasa Jawa memang terasa sangat berbeda
dengan nonton film berbahasa Indonesia atau Inggris. Lebih dekat dan melekat.
Kelebihan film ini adalah memasukkan unsur budaya lokal, meski bukan sebagai
inti cerita, tetapi unsur tersebut telah menambah betapa magisnya film ini.
Dari
awal film ini dimulai, penonton sudah disuguhkan dengan kegelisahan.
Kegelisahan seorang Mbah Sri yang ingin mencari makam suaminya. Suaminya, Prawiro, dulu
pamit berperang di Agresi Militer Belanda II dan tidak pernah kembali sampai sekarang. Hanya satu keinginan
Mbah Sri, ketika Mbah Sri berpulang, ia ingin dimakamkan di samping makam
suaminya. Kegelisahan lainnya, adalah kegelisahan satu-satunya cucu Mbah Sri,
Prapto, yang ingin menikah dengan perempuan pilihannya tetapi ia juga tidak
bisa mengabaikan Simbahnya yang sudah sepuh. Lalu kegelisahan calon istri si
cucunya simbah, ia mulai meragukan keseriusan dan kesetiaan calon suaminya
karena tak kunjung datang ke rumah kedua orangtuanya untuk melamar.
Kegelisahan
dan keinginan itulah yang akhirnya mampu melahirkan nilai nilai positif yang dapat
diambil oleh penonton. Kesetiaan Mbah Sri terhadap suaminya patut diacungi
jempol, karena meski sudah bertahun-tahun tidak mengetahui keberadaan suaminya,
Mbah Sri tetap setia dan tetap berusaha untuk mencari makam suaminya meski Mbah Sri pada akhirnya harus berdamai dengan masa lalu. Mbah Sri harus mengikhlaskan keinginannya dan pencariannya selama bertahun-tahun. Dan meski cuma sebagai
tempelan cerita, unsur budaya Jawa yang ditampilkan juga memberikan kesan
tersendiri. Seperti pulung gantung di Gunung Kidul, Yogyakarta. Dialog-dialog yang ditampilkan juga serasa mak jleb!
Pada
akhirnya film ini berhasil membuat saya menagis sejak menit pertama. Akting Mbah
Ponco Sutiyem (pemeran Mbah Sri) sangat sangat natural. Jadi ingat simbah.
Tidak salah jika film ini berhasil masuk 4 nominasi di ASEAN International Film Festival (AIFFA) 2017 yaitu film
terbaik, skenario terbaik, sutradara terbaik, dan artis terbaik. Film-film
beginilah yang seharusnya ditiru oleh para produser-produser film ternama di
Indonesia, jangan hanya bisa membuat film cinta-cintaan anak SMA atau film
horor tapi wagu atau film yang isinya humor. Yang terpenting dari sebuah film
adalah bagaimana film tersebut bisa mengajak penonton untuk merenung, melihat
ke dalam diri sendiri, dan tentu saja dapat menciptakan pemikiran/ide baru dari
sebuah film yang ditonton. Karena sesungguhnya menonton film bukan hanya
sebagai hiburan semata.
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny